Kisah Sukses Pak Mohammad Kohar, Kepala Sekolah Merangkap Sebagai Juragan Rumput Laut

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh....

Bapak/Ibu dimanapun Anda Berada, www.kreasiberita.com akan membagikan informasi mengenai...

Mohammad Kohar, Kepala Sekolah Merangkap Juragan Rumput Laut

kreasiberita.com -- Keterbatasan ekonomi keluarga membuat Kohar baru melek aksara pada usia 11 tahun. Namun, dia tidak menyerah. Kini dia meraih sukses yang berlipat ganda.

TINGGI Mohammad Kohar mencapai 173 sentimeter. Ketika menjabat tangannya, otot-ototnya begitu terasa. Meski bukan atlet, badannya tampak kekar.

Tidak heran, dulunya Kohar adalah seorang pekerja keras. Persisnya mantan kuli bangunan. Bahkan, Kohar baru mengenal aksara pada usia 11 tahun.

Berpulangnya sang ayah di sisi sang khalik, Abdul Kamid, ketika Kohar masih berusia 8 tahun membuatnya harus bekerja sejak kecil. Kohar bersama dua saudara dan ibunya hidup seadanya saat itu.

Aksara baru dikenal ketika Yayasan Nurul Azhar Porong memberikan bimbingan. Ketika teman-temannya sudah akrab dengan huruf dan angka, Kohar justru baru memulainya.

Meski dibalut keterbatasan dan kesulitan ekonomi, semangat Kohar justru semakin menggebu-gebu untuk mengenyam pendidikan.
Begitu lulus SMA, Kohar berusaha melakukan apa pun untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi.

’’Hingga saya mendapatkan gelar ini,’’ tutur Kohar sembari menunjuk papan putih yang dipenuhi daftar nama karyawannya. Di bagian bawah papan tulis putih itu juga tercantum nama dirinya: Prof Dr H Moh. Kohar MSi.

’’Saya puas dengan capaian itu sekarang,’’ lanjut Kohar ketika ditemui di pendapa rumahnya Desa Kedung Banteng RT 6, RW 3, Tanggulangin, Sabtu (20/8).

Dia memperoleh gelar magister manajemen pendidikan empat tahun lalu di Universitas W.R. Supratman Surabaya. S-1 ditempuh Kohar di Univeristas Muhammadiyah Sidoarjo.

Dia lulus pada 1997 dari fakultas ilmu sosial dan ilmu politik (fisip) jurusan ilmu administrasi negara.

’’S-1-nya sudah, S-2-nya juga sudah, hajinya sekitar 2020, antre. S-3 dan profesornya yang beneran masih proses,’’ tutur ayah dua anak itu, lantas tertawa kecil.

Dia mengatakan, gelar doktor, termasuk ’’prof’’, diberikan orang-orang sebagai bentuk penghargaan. Sebab, semua usahanya menitikberatkan pada pemberdayaan.

Ada dua bisnis yang hingga kini digeluti Kohar. Pertama, bisnis tambak lele dan nila. Kedua, budi daya rumput laut.

Keseluruhan bisnis itu menggunakan sistem bagi hasil dan memanfaatkan sumber daya manusia (SDM) di sekitarnya.

’’Prof itu bukan profesor, tapi profesional, haha...’’ jelas suami dari Muctahidah itu, lantas tertawa lepas. Sebenarnya, Kohar juga menjabat kepala sekolah.

Sejak 2011 dia menjabat kepala MI Muhammadiyah 3 Tanggulangin. ’’Saya ingin berhenti dan fokus di dunia wirausaha, tapi gak diperbolehkan teman-teman,’’ jelas pria kelahiran 29 Agustus 1974 itu.

Kohar membudidayakan lele sejak 2000. Mula-mula, dia hanya memiliki beberapa petak. Rata-rata luas kolam lele itu 10 x 25 meter.
Seiring berjalannya waktu, total ada 40 kolam yang kini dimiliki Kohar. Bukan hanya di sekitar rumahnya, kolam-kolam itu tersebar di seluruh Desa Kedung Banteng dan Banjar Asri.

Jika dihitung, total lebih dari 2 hektare kolam lele kini dikelola Kohar. Tidak kurang dari 1 ton lele segar dipanen setiap hari.

Ikan tersebut kemudian didistribusikan ke seluruh Sidoarjo dan beberapa kabupaten kota di sekitarnya. ’’Sekarang harga lelenya Rp 16 ribu sekilo,’’ katanya.

Untuk mengelola puluhan kolam itu, dia dibantu lima rekannya. Sistem bagi hasil pun diterapkan. Menurut Kohar, sistem seperti itu terbukti ampuh menjaga kestabilan produksi.

Sebab, para pekerja akan menganggap kolam-kolam tersebut juga milik mereka. Beberapa persen keuntungan setiap kali panen akan masuk ke kantong Kohar.

Sisanya masuk ke kantong para pekerja. Model serupa berlaku untuk kolam-kolam nilanya. Kohar merintis budi daya nila sejak 2013. Ada sekitar 8 hektare kolam khusus untuk nila.

Lokasinya berada di sekitar rumahnya di Desa Kedung Banteng dan Banjar Asri. Bila panen tiba, Kohar kerap menimbang 40 ton nila. Umumnya itu terjadi 5 bulan sekali.

’’Harga sekarang sudah berkisar Rp 20 ribu sekilo,’’ jelas Kohar semringah. Tidak berhenti sampai di sana. Pundi-pundi rupiah juga didulang Kohar dari budi daya rumput laut.
Kohar membudidayakan rumput laut di perairan timur Kecamatan Sedati. Dia menyatakan memiliki 200 hektare lahan budi daya rumput laut.
Dalam seminggu, ada 50 ton rumput laut kering yang dapat dihasilkan dari ratusan hektare ladang itu. ’’Dulu kami ekspor ke Cina, sekarang sudah tidak lagi,’’ lanjut Kohar.

Kohar mengikutsertakan 100 orang untuk membudidayakan rumput laut. Mereka terbagi dari tim produksi hingga bagian pemasaran. Ada staf khusus yang bertugas mengirim rumput laut kering itu ke pabrik.

’’Kami jadi salah satu pemasok bahan baku agar-agar dan kosmetik di beberapa pabrik,’’ ungkapnya. Pada titik itulah mengapa orang-orang menjulukinya prof atau profesional.

Kohar merupakan pemberdaya masyarakat sekitar. Kohar lantas mengajak Jawa Pos untuk melihat salah satu gudang penyimpanan rumput laut di depan rumahnya.

Bangunan itu berdinding kayu dan seng dengan tinggi lebih dari delapan meter. Di sana berton-ton rumput laut siap dikirim. Aroma khas rumput laut menyelimuti segenap ruangan.

Untuk info selengkapnya klik DISINI.!

Demikian Informasi yang bisa kami sampaikan, semoga bermanfaat.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.


Sumber: jawapos

0 Response to "Kisah Sukses Pak Mohammad Kohar, Kepala Sekolah Merangkap Sebagai Juragan Rumput Laut"

Posting Komentar

Terimakasih atas kunungan anda, silahkan berikan tanggapan dan komentar anda dengan bahasa yang baik dan sopan.